Doa sang ibu kepada Allah menyeruak dalam ingatan Kulop Ali. Ia berharap agar apa yang diharapkan ibunya untuk dirinya akan terjadi. ibu Kulop Ali. Ibu Kulop Ali berharap agar ia memiliki seorang menantu dan memiliki cucu, mengingat kondisi kesehatannya semakin mengkhawatirkan maka ia pun ingin segera itu terjadi.
Dulu, sewaktu sekolah Si Kulop
Ali bukan termasuk anak yang pandai dan cerdas, ia lebih sering bergaul dengan
sahabat-sahabatnya yang ugal-ugalan. Ayahnya adalah seorang Tentara yang pernah
bertugas di perbatasan Papua dan baru saja pensiun dari tugasnya, ibunya sudah
lama sakit-sakitan. Si Kulop memang tidak banyak belajar agama, sholat pun
sudah lama tak dikerjakan, bahkan iapun lupa bagaimana sholat itu dikerjakan.
Kenakalan yang ia dapati dari pergaulan telah menjauhinya dari agama. Padahal ayah dan ibunya adalah orang yang
boleh dikatakan rajin beribadah. Saat kakeknya masih ada di dunia, Kakeknya
mengajar ngaji di desa. Banyak orang-orang belajar kepada kakeknya.
Minggu ini, Annisa memberi kabar
baik kepada Si Kulop Ali, bahwa salam yang ia titipkan telah berbalas.
“ Bang Ali, Zahra juga titip
salam buat Abang, ia bahkan memberikan Pin BB nya buat abang!” Kata Annisa kepada Si Kulop Ali. Bukan main girangnya hati si
Kulop Ali, Pucuk Cinta Ulam Pun Tiba. Tapi hati Kulop Ali tetap gelisah, karena
ia merasa bersalah, dan ia merasa bahwa dirinya adalah pencuri yang pernah
dihajar Zahra.
“Kenapa abang diam?” tanya Annisa
kepada Si Kulop Ali, hingga si Kulop terkejut.
“ Ohh, tidak apa-apa!” Jawab
Kulop Ali.
“Oh ya terima kasih, ya atas
bantuannya”. Lanjut Kulop Ali
“ Sama-sama Bang”. Jawab Annisa.
Si Kulop Ali, mulai memainkan
jarinya di tas tombol-tombol Blackberry yang ia miliki.
“e..1..3..2..5..7..8..f..e” angka
dan huruf pun ia ketikkan di tombol BB.
Di ujung sana seorang dara juga sedang memperhatikan
Hape-nya, undangan BBM pun diterimanya.
Gadis itu agak terkejut, karena
yang ia lihat di hape adalah gambar seorang pernah ia pukul.
“ Hai, apa kabar?” itulah kata
yang terkirim di BBM Kulop Ali saat pertama kali ia berkenalan.
“baik”. Balas sang gadis.
“ Bolehkan aku mengenalmu. Aku
sudah berjanji akan berubah dan kini aku terus belajar untuk menjadi baik, saat
kau pukul aku ternyata kau telah menyadarkan aku. Terimalah salam persahabatan
ini.” Kalimat panjang telah terbaca oleh sang gadis, rasa haru dihati membuat
ia terdiam sesaat. Ia merasa tidak mungkin seorang yang pernah mencuri menjadi
sahabatnya.
Tiada balasan pun yang diterima si Kulop. Kulop pun
mulai gelisah, jangan-jangan Zahra tidak ingin mengenalnya. Satu hari, dua
hari, tiga hari belum juga ada balasan di Hape BBM-NYA.
Orang-orang yang hadir di
persepsi pernikahan malam, berangsur-angsur perlahan pergi. Setelah mengucapkan
selamat dan mendoakan sang pengantin. Si pengantin pria sangatlah bahagia,
terlihat di wajahnya bak bulan purnama. Sang Istri pun tak kalah bahagia,
bahagia karena ia telah memenuhi keinginan orang tuanya agar ia segera berumah
tangga. Usia yang sudah begitu dewasa, mungkin itulah yang mengkhawatirkan hati
orang tuanya. Irama musik tradisional mengalun dengan syair-syair yang indah
menghiasi malam sang pengantin berdua. Mata Kulop Ali masih melihat jauh ke suatu
tempat di dalam pikirannya.
“ Bu, aku mau nikah!” Kata Kulop
Ali saat menghampiri ibunya dan mengejutkan ibunya yang saat itu sedang duduk
di tepi jendela. Ayahnya sudah
tertidur di kamar
“ Nikah. Nikah dengan siapa?”
Tanya Ibunya.
“ Dengan anak pak haji Karman.”
Jawab si Kulop.
“ Memangnya kamu pacaran sama
anak pak haji?” Tanya Ibunya penasaran.
“Tidak bu, tapi aku tahu dia”. Jawab Kulop Ali.
“Boleh kan, Bu”. Lanjut Kulop Ali
memelas dan merayu ibunya.
Ibu Kulop Ali masih lingliung
heran dengan keinginan anak semata wayangnya. Tapi yang namanya jodoh itu sudah
diatur oleh yang maha kuasa, yakni Allah subhanahu wata’ala. Tiba-tiba ibu si
Kulop melanjutkan kata-katanya.
“Ya baiklah, jum’at besok ibu
akan ke sana dengan ayahmu”.
Acara lamaran pun dimulai, pagi jum’at itu, ibu dan ayah si Kulop mendatangI rumah
pak Haji Karman. Mereka disambut ramah oleh sang punya rumah dan dipersilahkan
duduk di ruang tamu. Jam dinding menunjukkan Pukul Sembilan, dua jam lagi sholat Jum’at akan dilaksanakan.
“ Bang Soleh, rasanya sudah lama
kita tak bertemu, sekarang bagaimana kabar abang?” Haji Karman membuka
pembicaraan mereka. Mereka duduk berhadapan di atas kursi sofa berukir, istri
pak soleh duduk di sebelahnya. Haji Karman dan Soleh sudah saling kenal bahkan
mereka adalah sahabat lama.
“ Ia, Man. Saya lama bertugas di
Papua, Alhamdulillah sekarang sehat-sehat saja”. Jawab Pak Soleh yang tak lain adalah ayahnya Si
Kulop Ali.
“ Kira-kira angin apa yang
membawa abang dan kakak kemari?” Lanjut Haji Karman.
17:36:00
Tags :
CERITA FIKSI
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments