Di
tengah perjalanannya, bocah itu berjumpa dengan ayam hutan yang sedang
ketakutan di kejar pemburu. Ayam itu ngos-ngosan hampir kehabisan nafas, tapi
ia berhasil lolos dari jeratan si pemburu.
Si
bocah kemudian menghampiri ayam dan
mengambilnya lalu ditenggerkanlah ia ke atas bahu kanannya selanjutnya ia bawa
bersama dirinya berjalan.
“Terima
kasih, nak. Mungkin jika aku ada di bahumu pemburu tidak akan mengambil aku
dari dirimu nak”. Kata si ayam.
“Insya
Allah, yam. Berdo’a sajalah moga Allah menyelamatkan kita”. Kata bocah kepada
ayam.
“yam,
kenapa kamu mau tinggal di hutan, kok tidak suka tinggal bersama ayam kampung?”
tanya bocah kepada ayam.
“Memang
nenek moyang kami lah yang telah membiasakan kami hidup di hutan, dan kami
hanya meneruskan saja”. jawab si ayam.
“Apakah,
kamu juga berkokok seperti ayam kampung?” tanya bocah penuh keingintahuan.
“Iya,
nak!” jawab ayam.
“Tapi,
pernahkah kamu mendengarkan azan?” tanya bocah lagi.
“ia
nak, bahkan kami pun juga azan saat waktu fajar. Bangsa kami sering berkokok
dan itulah azan kami”. Jawab ayam dengan menyuarakan kokokannya,
“kukuruyukkkk!”
“
tapi kenapa kalian tidak sholat, yam?” bocah itu semakin menunjukkan rasa
penasarannya.
“Ohh
itu ya nak, begini ceritanya, nak. Lihat lutut kami, lutut kami di belakang
bukannya ke depan mirip lutut manusia. Lutut kami digunakan untuk menopang kami
saat kami duduk, kalau ibu saya saat ia bertelur dan mengeram biasanya
menggunakan lutut ini. Jadi, kami tidak bisa sujud seperti manusia. Kalau
manusia sudah diciptakan Allah lutut sedemikian rupa agar bisa berlutut dan
bersujud dihadapan-Nya”. Ayam hutan itu menjelaskan dengan panjang lebar kepada
si bocah.
“Ooh
begitu ya, jadi orang dewasa itu mesti belajar sama mu, yam. Kalau mereka tak
mau sujud mungkin mereka lebih pantas dipotong ketimbang kamu. Kamu jangan tersinggung ya, yam. Aku
tak akan memotongmu”. Kata bocah.
Bocah
dan ayam hutan itu akhirnya berhenti di sebuah gubuk reot di tengah hutan yang
mereka lalui. Dan mereka pun sepakat untuk beristirahat di sana. Waktu
semakin larut Ashar telah berlalu, kini tinggallah matahari yang hampir
tenggelam ke ujung maghrib. Dari kejauhan terdengar suara orang berteriak
memanggil nama Bocah. Orang-orang itu adalah warga kampung yang tengh mencari
si Bocah. Akhirnya mereka menemukan bocah itu di gubuk reot bersama seekor ayam
hutan. Bocah itupun pulang ke rumah dengan membawa si ayam hutan.
Sepulang
di rumah, ibu bocah itu teramatlah cemas. Tapi, ia tidak bisa memarahi anaknya,
karena ia tahu bahwa itu adalah kelalaiannya dalam mengurus anak. Tiba-tiba,
...
“
Mak, bila aku dewasa nanti akau tidak ingin jadi laki-laki sholehah”. Kata
bocah itu.
Ibunya
pun terkejut atas pernyataan anaknya.
“Masa’
kamu jadi laki-laki sholehah”. Balas ibunya.
“Iya,
mak. Kata ustadz, Kalau laki-laki sholeh sholatnya ke masjid kecuali ada uzur
saja dia sholat di rumah. Terus, kalau wanita, lebih utama sholat di rumah
daripada sholat di masjid. Naaaah kalau laki-laki sholehah ia lebih banyak
shoooolaaat di rumah daripada ke masjid”. Kata bocah itu.
“!!!))(*@&*(*(!&*&#&^&“Bapakmu
mana bapakmu”&!!????!@******?” Ibunya bingung.
06:12:00
Tags :
CERITA FIKSI
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
1 Comments
Bagus cerita
Reply Delete