Bocah dan Ayam Hutan - natasabar.com

Tuesday 29 March 2016

thumbnail

Bocah dan Ayam Hutan



      Di tengah perjalanannya, bocah itu berjumpa dengan ayam hutan yang sedang ketakutan di kejar pemburu. Ayam itu ngos-ngosan hampir kehabisan nafas, tapi ia berhasil lolos dari jeratan si pemburu.

      Si bocah kemudian  menghampiri ayam dan mengambilnya lalu ditenggerkanlah ia ke atas bahu kanannya selanjutnya ia bawa bersama dirinya berjalan.
“Terima kasih, nak. Mungkin jika aku ada di bahumu pemburu tidak akan mengambil aku dari dirimu nak”. Kata si ayam.
“Insya Allah, yam. Berdo’a sajalah moga Allah menyelamatkan kita”. Kata bocah kepada ayam.
“yam, kenapa kamu mau tinggal di hutan, kok tidak suka tinggal bersama ayam kampung?” tanya bocah kepada ayam.
“Memang nenek moyang kami lah yang telah membiasakan kami hidup di hutan, dan kami hanya meneruskan saja”. jawab si ayam.
“Apakah, kamu juga berkokok seperti ayam kampung?” tanya bocah penuh keingintahuan.
“Iya, nak!” jawab ayam.
“Tapi, pernahkah kamu mendengarkan azan?” tanya bocah lagi.
“ia nak, bahkan kami pun juga azan saat waktu fajar. Bangsa kami sering berkokok dan itulah azan kami”. Jawab ayam dengan menyuarakan kokokannya, “kukuruyukkkk!”
“ tapi kenapa kalian tidak sholat, yam?” bocah itu semakin menunjukkan rasa penasarannya.
“Ohh itu ya nak, begini ceritanya, nak. Lihat lutut kami, lutut kami di belakang bukannya ke depan mirip lutut manusia. Lutut kami digunakan untuk menopang kami saat kami duduk, kalau ibu saya saat ia bertelur dan mengeram biasanya menggunakan lutut ini. Jadi, kami tidak bisa sujud seperti manusia. Kalau manusia sudah diciptakan Allah lutut sedemikian rupa agar bisa berlutut dan bersujud dihadapan-Nya”. Ayam hutan itu menjelaskan dengan panjang lebar kepada si bocah.

“Ooh begitu ya, jadi orang dewasa itu mesti belajar sama mu, yam. Kalau mereka tak mau sujud mungkin mereka lebih pantas dipotong ketimbang  kamu. Kamu jangan tersinggung ya, yam. Aku tak akan memotongmu”. Kata bocah. 
      Bocah dan ayam hutan itu akhirnya berhenti di sebuah gubuk reot di tengah hutan yang mereka lalui. Dan mereka pun sepakat untuk beristirahat di sana. Waktu semakin larut Ashar telah berlalu, kini tinggallah matahari yang hampir tenggelam ke ujung maghrib. Dari kejauhan terdengar suara orang berteriak memanggil nama Bocah. Orang-orang itu adalah warga kampung yang tengh mencari si Bocah. Akhirnya mereka menemukan bocah itu di gubuk reot bersama seekor ayam hutan. Bocah itupun pulang ke rumah dengan membawa si ayam hutan.

      Sepulang di rumah, ibu bocah itu teramatlah cemas. Tapi, ia tidak bisa memarahi anaknya, karena ia tahu bahwa itu adalah kelalaiannya dalam mengurus anak. Tiba-tiba, ...
“ Mak, bila aku dewasa nanti akau tidak ingin jadi laki-laki sholehah”. Kata bocah itu.
Ibunya pun terkejut atas pernyataan anaknya.
“Masa’ kamu jadi laki-laki sholehah”. Balas ibunya.
“Iya, mak. Kata ustadz, Kalau laki-laki sholeh sholatnya ke masjid kecuali ada uzur saja dia sholat di rumah. Terus, kalau wanita, lebih utama sholat di rumah daripada sholat di masjid. Naaaah kalau laki-laki sholehah ia lebih banyak shoooolaaat di rumah daripada ke masjid”. Kata bocah itu.
“!!!))(*@&*(*(!&*&#&^&“Bapakmu mana bapakmu”&!!????!@******?” Ibunya bingung.

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

1 Comments

Popular Posts