Archive For March 2016 - natasabar.com

Wednesday 30 March 2016

thumbnail

Banjir lagi, Apakah ini peringatan dari Allah!

    Assalamualaikum waorhmatullahi wabarokatuh.


الحمد لله الذى انعم علينا بنعمة الايمان والاسلام . نعمةً جزيلةً على الدوام الى يوم مَرْجِعِ جميعِ الاَنام . واشهد انّ لا اله ا لاّ الله المَلِكُ القدّوس السلام . وأشهد انّ سيدنا محمّدا عبده ورسوله ذُوالمُعجِزة الدائمة الى اخرالا يّام. اللّهمّ صلّى وسلّم على عبدك ورسولك سيّدنا محمّد وعلى اله وصحبه الذين جاهَدوا فى سبيل الله بِسَيف المُجاهَدَةِ بالحكمة والكلام . (امّابعد) فياايهاالناس اتقُوااللهَ حقَّ تقاته. ولا تموتون الا وانتم مسلمون

       Banjir yang melanda kampungku dan kampungmu selasa tanggal 29 Maret 2016 kemarin, mungkin perlu kita renungi bersama dan kita amati dengan seksama. Apakah ini adalah sebuah "Peringatan" dari sang khaliq, atau mungkin adalah 'Musibah' yang bersumber dari dosa-dosa yang pernah kita lakukan, hal ini tergantung dari sudut mana kita menilai. Karena, sebagai warga yang tinggal di daerah tersebut, kita tahu bahwa bulan sebelumnya sudah pernah dilanda banjir, dan sekarang banjir lagi bahkan lebih parah dari bulan sebelumnya. beberapa jembatan di beberapa daerah terseret arus dan putus, dan akses jalanpun terhambat, perekonomian lumpuh, perabotan-perabotan dan barang elektronik rusak bahkan rumah-rumah pun menjadi rusak. Bagi orang yang masih memiliki iman di dalam dadanya, hendaknya bersabar dan menganggap ini adalah sebagian kecil ujian-Nya.  Karena, setelah ini masih banyak ujian-ujian lain yang akan menghampiri hidup kita selama ruh masih aktif dalam chasing jasad manusia. Suka dan duka itulah warna kehidupan, tak ada yang permanen, tak ada yang kekal, semua akan mendapati gilirannya masing-masing. Sehat dan sakit sering beriring seirama, senang dan susah silih berganti menghiasi dan mewarnai, tangis dan tawa sahut-menyahut dalam tiap kondisi.
        Di dalam kitab suci Al-Qur'an Allah azza wa jalla berfirman:
 . وقال الله تعالى فى كتابه الكريم : اعوذ بالله من الشيطان الرجيم . أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ. (العنكبوت: 2-3)

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-An kabut ;2-3)

     Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah Swt kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan iman kita, apakah betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan, atau karena didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Swt dalam surat Al-Ankabut ayat 10:
 
“Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?
     Anak sekolahan, mereka akan diberikan ujian oleh Sekolah tempat mereka belajar mereka akan mendapat penilaian dari guru-guru di sekolah, ketika hasilnya baik maka mereka akan naik tingkat yang lebih tinggi, dan guru-guru merasa sayang kepada mereka yang nilainya baik dan terbaik, begitupun kita di dunia yang lebih luas dari lingkup sekolahan akan melewati masa-masa ujian, ketika kita mampu untuk mengahadapinya, tanpa mengeluh dan putus asa dan dihiasi ikesabaran dan rasa syukur, serta semakin bertambah rajin dalam ketaqwaan. Maka, insha Allah ia akan naik tingkat dan menjadi hamba-hamba yang di cintai oleh yang memiliki cinta sejati itu sendiri, yakni Allah SWT tuhanku dan tuhanmu. Banjir mungkin merepotkan sebagian insan yang rumahnya terkena air dan terendam, malam berjaga-jaga karena takut seandainya rumah itu ditinggal barang-barang yang ada di dalam rumah menjadi rusak, atau mungkin pencuri yang mencari kesempatan untuk mencuri.

       Sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa ujian dari Allah itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. (رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه).
Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan (ujian), Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum, Dia akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha, baginyalah keridhaan Allah, dan barangsiapa marah, baginyalah kemarahan Allah”. (HR. At-Tirmidzi, juz 4 hal. 519).

Semoga dari tulisan ini, mampu membuka mata hati kita yang hampir berlumut, bahkan tertutup oleh semak-semak hitam pembawa dosa. Semoga, karat-karat yang menempel pada jiwa kita akan terkikis jika kita berusaha untuk kembali kepada ketaatan. Untuk itu, saya mengajak untuk bertaubat dan memohon ampunan-Nya. Agar Allah tidak menjadi Murka, sehingga membawa kebinasaan. Sebelum pintu taubat tertutup dan terkunci, gunakanlah sebaik baiknya waktu yang kita miliki ini.

Wassalamualaikum Warohmatullahi wabarokatuh





Ilustrasi gambar: Banjir Muratara, Sumsel tanggal 29 Maret 2016
sumber: facebook.com

Tuesday 29 March 2016

thumbnail

Bocah dan Ayam Hutan



      Di tengah perjalanannya, bocah itu berjumpa dengan ayam hutan yang sedang ketakutan di kejar pemburu. Ayam itu ngos-ngosan hampir kehabisan nafas, tapi ia berhasil lolos dari jeratan si pemburu.

      Si bocah kemudian  menghampiri ayam dan mengambilnya lalu ditenggerkanlah ia ke atas bahu kanannya selanjutnya ia bawa bersama dirinya berjalan.
“Terima kasih, nak. Mungkin jika aku ada di bahumu pemburu tidak akan mengambil aku dari dirimu nak”. Kata si ayam.
“Insya Allah, yam. Berdo’a sajalah moga Allah menyelamatkan kita”. Kata bocah kepada ayam.
“yam, kenapa kamu mau tinggal di hutan, kok tidak suka tinggal bersama ayam kampung?” tanya bocah kepada ayam.
“Memang nenek moyang kami lah yang telah membiasakan kami hidup di hutan, dan kami hanya meneruskan saja”. jawab si ayam.
“Apakah, kamu juga berkokok seperti ayam kampung?” tanya bocah penuh keingintahuan.
“Iya, nak!” jawab ayam.
“Tapi, pernahkah kamu mendengarkan azan?” tanya bocah lagi.
“ia nak, bahkan kami pun juga azan saat waktu fajar. Bangsa kami sering berkokok dan itulah azan kami”. Jawab ayam dengan menyuarakan kokokannya, “kukuruyukkkk!”
“ tapi kenapa kalian tidak sholat, yam?” bocah itu semakin menunjukkan rasa penasarannya.
“Ohh itu ya nak, begini ceritanya, nak. Lihat lutut kami, lutut kami di belakang bukannya ke depan mirip lutut manusia. Lutut kami digunakan untuk menopang kami saat kami duduk, kalau ibu saya saat ia bertelur dan mengeram biasanya menggunakan lutut ini. Jadi, kami tidak bisa sujud seperti manusia. Kalau manusia sudah diciptakan Allah lutut sedemikian rupa agar bisa berlutut dan bersujud dihadapan-Nya”. Ayam hutan itu menjelaskan dengan panjang lebar kepada si bocah.

“Ooh begitu ya, jadi orang dewasa itu mesti belajar sama mu, yam. Kalau mereka tak mau sujud mungkin mereka lebih pantas dipotong ketimbang  kamu. Kamu jangan tersinggung ya, yam. Aku tak akan memotongmu”. Kata bocah. 
      Bocah dan ayam hutan itu akhirnya berhenti di sebuah gubuk reot di tengah hutan yang mereka lalui. Dan mereka pun sepakat untuk beristirahat di sana. Waktu semakin larut Ashar telah berlalu, kini tinggallah matahari yang hampir tenggelam ke ujung maghrib. Dari kejauhan terdengar suara orang berteriak memanggil nama Bocah. Orang-orang itu adalah warga kampung yang tengh mencari si Bocah. Akhirnya mereka menemukan bocah itu di gubuk reot bersama seekor ayam hutan. Bocah itupun pulang ke rumah dengan membawa si ayam hutan.

      Sepulang di rumah, ibu bocah itu teramatlah cemas. Tapi, ia tidak bisa memarahi anaknya, karena ia tahu bahwa itu adalah kelalaiannya dalam mengurus anak. Tiba-tiba, ...
“ Mak, bila aku dewasa nanti akau tidak ingin jadi laki-laki sholehah”. Kata bocah itu.
Ibunya pun terkejut atas pernyataan anaknya.
“Masa’ kamu jadi laki-laki sholehah”. Balas ibunya.
“Iya, mak. Kata ustadz, Kalau laki-laki sholeh sholatnya ke masjid kecuali ada uzur saja dia sholat di rumah. Terus, kalau wanita, lebih utama sholat di rumah daripada sholat di masjid. Naaaah kalau laki-laki sholehah ia lebih banyak shoooolaaat di rumah daripada ke masjid”. Kata bocah itu.
“!!!))(*@&*(*(!&*&#&^&“Bapakmu mana bapakmu”&!!????!@******?” Ibunya bingung.
thumbnail

Bocah dan Kerbau




      Pada suatu hari, seorang bocah berumur 5 tahun tersesat bermain hingga ke pinggir hutan yang disana terdapat banyak binatang liar. Namun, bocah ini tidak ada seekorpun dari binatang-binatang yang berniat mengganggunya dan iapun tidak merasa takut sendirian. Suatu ketika ia berjumpa dengan seekor kerbau milik penduduk yang tengah merumput di sana. Bocah itu pun berbicara kepada si kerbau layaknya berjumpa dengan kenalan baru yang akan menjadi sahabatnya.
“ Hai kerbau, apa pekerjaanmu, kenapa kau ada di sini?” tanya bocah itu.
“Aku mencari makan, nak.”. Jawab kerbau.
 “kenapa jauh sekali dari kandangmu, nanti tuanmu mencarimu”. Lanjut si bocah tadi.
“Itu sudah biasa nak, mereka nanti akan mencariku di sini, karena di sinilah tempat ku bermain dan mencari makan. Kamu sendiri kenapa di sini?”. Kata kerbau.
“oooh, bergitu ya, bau”.
“Aku tak tau jalan ke rumah, tapi aku tidak takut”, jawab si bocah.
“Ya, hati-hati ya nak. Di hutan banyak hewan buas”. Kata kerbau.

Sesaat kemudian......
“Kerbau, kerbau apakah kamu mendengar suara itu?” si bocah lanjut bertanya sambil menunjuk ke arah datangnya suara.
“ Itu azan zhuhur, nak. Memangnya kenapa?.” Kerbau balik bertanya.
“aku di kampung sering mendengarkan itu!” bocah berkata menandakan ia tidak tahu.
“maksudnya, azan itu memanggil orang-orang untuk sholat berjamaah ke Masjid”. Kata  Kerbau menjelaskan.
“oooh begitu ya. Tapi kenapa kamu tidak sholat. Kalau aku kan masih kecil, belum baligh?” tanya bocah lagi.
“sholat diwajibkan buat manusia dan jin saja nak, kalau saya tidak. Tapi kami bangsa kerbau selalu berzikir kepada Allah sepanjang waktu. Kami juga bersujud kepada Allah dengan cara kami sendiri, begitupun juga hewan lain”. Kata Kerbau memberikan penjelasan.
“Kalau begitu kamu lebih baik daripada orang yang tidak mau sholat dan berpura-pura tidak mendengarkan azan”. Kata si bocah.
“ Kok bisa nak?” tanya kerbau heran.
“Lah iyalah, masa’ kerbau saja mau mengingat Allah, sedangkan mereka orang dewsa banyak yang tidak mau mengingat Allah.” Kata si bocah.
“Benar juga katamu, nak”. Kata kerbau.
Akhirnya bocah itupun pamit kepada kerbau dan berjalan hingga ke dalam hutan.

Saturday 26 March 2016

thumbnail

Kitab Riyadhus Sholihin

      


       Riyadhus Shalihin adalah nama salah satu kitab kumpulan hadits Nabi Muhammad S.A.W yang berarti taman orang-orang shalih, yang disusun oleh Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawy (Imam Nawawi). Pada kitab ini hadits-hadits dikelompokkan ke dalam bab-bab berdasarkan tema utama, misalnya akhlak (ikhlas, sabar, takwa, tawakal, hubungan sosial, dst.); adab sopan santun (malu, menjaga rahasia, menepati janji, menghormati tamu, tata tertib makan, adab berpakaian, mengucapkan salam); adab terkait orang sakit dan orang yang meninggal; keutamaan membaca Al-Qur'an; keutamaan-keutamaan terkait berbagai macam salat dan puasa; jihad; dzikir dan doa; serta larangan-larangan terkait ibadah, muamalah, dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang tertentu. 

        Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria  Muhyuddin     bin       Syaraf       an-Nawawi      ad-Dimasyqi
 (الإمام العلامة أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الدمشقي), atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24 Rajab 676 H. Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama dia, an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.

      Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di distrik Rawahibiyah. Di tempat ini dia belajar dan sanggup menghafal kitab at-Tanbih hanya dalam waktu empat setengah bulan. Kemudian dia menghafal kitab al-Muhadzdzabb pada bulan-bulan yang tersisa dari tahun tersebut, dibawah bimbingan Syaikh Kamal Ibnu Ahmad. Semasa hidupnya dia selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis kitab, menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai kehidupan. Pakaian dia adalah kain kasar, sementara serban dia berwarna hitam dan berukuran kecil.

Imam Nawawi meninggalkan banyakkarya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, salah satunya Riyadhus Shalihin  kumpulan hadits mengenai etika, sikap dan tingkah laku yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam.Bagi sahabat yang ingin memiliki E-book Salah satu Kitab Karangan Imam Nawawi bisa di download di   ini.

Sumber informasi : Wikipedia



thumbnail

Bersabarlah


        


Di dalam kitab Syarh Tsalatsatul Ushul, halaman 24 tulisan  Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah...”

       Allah berfirman yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya - kerana amat banyaknya." (az-Zumar: 10)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
  1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
  2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
  3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Sabda Nabi SAW:
وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ‏:‏ ‏"‏ يقول الله تعالى ‏:‏ ما لعبدي المؤمن عندي جزاء إذا قبضت صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman:
"Tidak ada balasan bagi seseorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku mengambil -mematikan - kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keredhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga." (Riwayat Bukhari)



Popular Posts