Archive For February 2016 - natasabar.com

Monday 29 February 2016

thumbnail

Mengenal Rasulullah SAW 3

RAMBUT RASULULLAH SAW  DAN CARA BERSISIR RASULULLAH SAW




"Rambut Rasulullah saw mencapai pertengahan kedua telinganya."
(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Ismail bin Ibrahim, dari Humaid yang bersumber dari
Anas bin Malik r.a.) 

"Rasulullah saw. adalah seorang yang berbadan sedang, kedua bahunya bidang, sedangkan rambutnya menyentuh kedua daun telinganya."
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani', dari Abu Qathan, dari Syu'bah dari Abi Ishaq yang
bersumber dari al Bara' bin `Azib r.a.) 

"Rambut Rasulullah saw. tidak terlampau keriting, tidak pula lurus kaku, rambutnya mencapai kedua daun telingannya. "
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Wahab bin Jarir bin Hazim, dari Hazim
yang bersumber dari Qatadah) 

"Sesungguhnya Rasulullah saw., dulunya menyisir rambutnya ke belakang, sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambut mereka ke kiri dan ke kanan, dan Ahlul Kitab menyisir rambutnya ke belakang. Selama tidak ada perintah lain, Rasulullah saw. Senang menyesuaikan diri dengan Ahlul Kitab. Kemudian,Rasulullah saw. menyisir rambutnya ke kiri dan ke kanan."
(Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Yunus bin Yazid, dari az Zuhri, dari `Ubaidilah bin `Abdullah bin `Utbah, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)
 
 "Rasulullah saw. sering meminyaki rambutnya, menyisir janggutnya dan sering waktu menyisir rambutnya beliau menutupi (bahunya) dengan kain kerudung. Kain kerudung itu demikian berminyak seakan-akan kain tukang minyak."
(Diriwayatkan oleh Yusuf bin'Isa, dari Rabi' bin Shabih, dari Yazid bin aban ar Raqasyi*,
yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

Aban ar Raqasyi dikenal sebagai orang yang dinilai munkar periwayatannya. Hadist ini sangat berlawanan dengan kebanyakan hadist shahih, yang menerangkan tentang kebersihan dan penampilan terpuji dari Rasulullah saw. (Muhammad `Afif az Za'bi). "Rasulullah saw. melarang bersisir kecuali sekali-kali. "
(Diriwayatkan oleh Muhammad Basyar, dari Yahya bin Sa'id,dari Hisyam bin Hasan, dari al Hasan Bashri, yang bersumber dari `Abdullah bin Mughaffal r.a.*)

 *Yang dilarang ialah bersisir layaknya wanita pesolek.Abdullah bin Mughaffal r.a. dalah sahabat Rasulullah saw. Yang masyhur, ia adalah salah seorang peserta "Bai'tus Syajarah", wafat pada tahun 60 H ada pula yang mengatakan tahun 57 H.

sumber : Assyamiul Muhammadiyah

Saturday 27 February 2016

thumbnail

Umar Bin Khattab Ra

Jika kita ingin menyimak kisah sahabat nabi Saw yang satu ini, mungkintidak akan cukup satu, dua, tiga atau beberapa lembar kertas. Karena begitu banyaknya kisah beliau ini. namun pada kesempatan ini blogger akan menyalin cerita beliau (Umar) mengenai karomah dan keutamaan beliau.

 

Sebelum masuk Islam Umar bin Khattab R.A pernah ingin membunuh Nabi Muhammad SAW. Dia sangat ditakuti oleh kaum Muslimin pada saat itu. Namun ketika pintu hidayah masuk kedalam hatinya. Maka keadaan Islam semakin kuat. Dan penyebaran Islampun dapat dilakukan dengan terang-terangan.


Berikut kisah Karomah Umar bin Khattab R.A, semoga kisah ini akan memberikan Inspirasi untuk menambah keimanan kita Kepada Allah SWT.

Kisah Pertama

Sariyah bin Zanin Al-Khulaji mengisahkan bahwa ketika Umar bin Khattab R.A menjadi Amirul Mukminin, ia pernah mengutus pasukan islam dibawah kepemimpinannya. Pasuikan itu ditugaskan ke Nawahunda untuk menghadapi pasukan Persia.

Jumlah pasukan Persia jauh lebih besar sehingga hampir saja pasukan muslimin terkalahkan. Pada saat itu Umar bin Khattab R.A sedang berkhutbah di Masjid Nabi di Madinah. Ditengah khutbahnya beliau berteriak dengan lantang diatas mimbar “Hai Pasukan Muslimin, Naiklah keatas gunung”

Seruan itu diperdengarkan oleh Allah kepada pasukan Islam yang sedang bertempur menghadapi musuh. Mendengar seruan itu, maka pasukan muslimin segera naik keatas gunung seraya berkata “ Itu tadi suara Amirul Mukminin, Umar bin Khattab” Akhirnya, kaum muslimin pun dapat bertahan dan mendapatkan kemenangan”

Kisah Ke-2

Imam Haramain meriwayatkan bahwa pernah terjadi masa Umar bin Khattab R.A Gempa bumi. Umar bin Khattab R.A bertakbir dan bertahmid sedangkan bumi masih saja bergetar. Setelah umar bertakbir dan bertahmid umar segera memukulkan cemetinya ketanah sambil berkata “ Hai bumi tenanglah kamu Atas Izin Allah”

Seketika itu, bumi pun berhenti bergetar dan kembali tenang

Kisah Ke-3

Diriwayatkan bahwa ketika Pasukan Islam yang dibawah kepemimpinan Amar bin Ash berhasil menaklukkan Negeri Mesir. Mereka mendapatkan sungai Nil telah kering. Rakyat Mesir memberitahukan bahwa Sungai Nil itu dapat berjalan setelah melemparkan seorang putri sebagai tumbal bagi dewa, seperti yang biasa mereka lakukan setiap musim kering.

Kemudian Amar bin Ash melaporkan kejadian tersebut kepada Khalifah Umar bin Khattab R.A dan meminta pendapatnya.  Lalu Umar menulis surat kepada Amr bin Ash yang isinya memerintahkan Amar untuk melemparkan surat khusus umar untuk sungai Nil.

Ketika Amar membuka surta tersebut didalamya hanya tertuli

“Dari Umar bin Khattab kepada Sungai Nil Mesir. Amma ba’du.

Jika kamu mengalir dengan kehendakmu, Janganlah kamu mengalir. Namun, jika Kamu mengalir dengan Kehendak Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa, Kami Memohon kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk mengalirkanmu ! “

Amar Lalu melempakan surat tersebut kedalam sungat Nil sesuai perintah Khalifah Umar bin Khattab R.A. Atas Izin Allah SWT, maka disaat malam hari tiba, Sungai Nil tersebut kembali mengalirkan air sehingga memberikan sumber hidup bagi seluruh penduduk Mesir, yang hampir saja mereka tinggalkan untuk mengungsi ketempat yang lain.  

Kisah Ke-4

Diriwayatkan dari Imam Fakhrur Razi bahwa pernah seorang utusan Kaisar Romawi datang untuk menemui Khalifah Umar bin Khattab R.A. Utusan itu membayangkan pasti Umar bin Khattab R.A adalah tinggal di Istana megah yang dijaga ketat oleh para pengawal yang gagah perkasa. Karena beliau adalah pemimpin yang ditakuti oleh para musuhnya.

Ketika sanga Utusan tiba di Madinah, ia bertanya-tanya dimanakah Istana tempat tinggal Umar ??

Namun setiap Orang yang ditemuinya menjawab bahwa Umar tidak tinggal didalam istana. Tetapi tinggal disebuah rumah yang terbuat dari bahan bangunan yang sederhana. Ini membuat utusan menjadi tambah bingung ?? Mana mungkin Pemimpin yang paling ditakuti oleh Musuh-musuhnya tinggal dirumah yang sederhana. Apalagi wilayah kekuasaanya pun sangat luas.

Utusan itu menuju padang pasir karena masyarakat memberitahukan bahwa Umar biasa berada disana. Sesampai disana, ia mendapati Umar bin Khattab sedang tertidur pulas diatas padang pasir tanpa dikawal oleh seorang pun.

Utusan tersebut sangat heran melihat keadaan tersebut, ia sangat takjub melihat keadaan Umar. Seorang pemimpin yang begitu ditakuti namun tampak begitu sederhana.

Namun melihat tidak ada seorang pun yang menjaganya, hatinya bergerak untuk membunuh Umar dengan pedangnya sendiri. Dan berfikir dia akan mendapatkan penghargaan besar dari Kaisar Romawi.

Ketika hendak membunuhnya, tiba-tiba muncul dua ekor singa besar datang menuju kearahnya. Kontan saja ia pun lari terbirit-terbirit dan membuang pedangnya.

Umar pun terbangun karena mendengar suara utusan tersebut, dan beliau mendapati utusan tersebut dalam keadaan ketakutan yang sangat. Umar pun menanyakan apa yang terjadi. Utusan tersebut menceritakan semua kejadian yang ia alami. Dengan sebab itu sang utusan menyatakan diri untuk masuk Islam dihadapan sang Umar. 

Sumber : Cerita Kisah Islam

thumbnail

Mengenal Rasulullah SAW 2

BENTUK KHATAMUN NUBUWAH. 



    "Aku pernah melihat khatam (kenabian)…. Ia terletak antara kedua bahu Rasulullah saw. Bentuknya seperti sepotong daging berwarna merah sebesar telur burung dara."
(Diriwayatkan oleh Sa'id bin Ya'qub at Thalaqani dari Ayub bin Jabir, dari Simak bin Harb yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.) 

      "Apabila `Ali k.w. menceritakan sifat Rasulullah saw. maka ia akan bercerita panjang lebar. Dan ia akan berkata: `Diantara kedua bahunya terdapat Khatam kenabian, yaitu khatam para Nabi.
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin `Ubadah ad Dlabi `Ali bin Hujr dan lainnya, yang mereka terima dari Isa bin Yunus dari `Umar bin `Abdullah, dari `Ibrahim bin Muhammad yang bersumber dari salah seorang putera `Ali bin Abi Thalib k.w.) 

      Dalam suatu riwayat, Alba'bin Ahmar al Yasykuri mengadakan dialog dengan Abu Zaid `Amr bin Akhthab al Anshari r.a. sbb: "Abu Zaid berkata: `Rasulullah saw bersabda kepadaku : `Wahai Abu Zaid mendekatlah kepadaku dan usaplah punggungku'. Maka punggungnya kuusap, dan terasa jari jemariku menyentuh Khatam. Aku (alba' bin Ahmar al Yasykuri) bertanya kepada Abu Zaid: `Apakah Khatam itu?' Abu Zaid menjawab: `kumpulan bulu-bulu*'.
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Abu `Ashim dari `Uzrah bin Tsabit yangbersumber dari Alba'bin Ahmar al Yasykuri)


ket:
*Ia mengatakan kumpulan bulu-bulu dikarenakan ia hanya dapat merasakan 
dengan rabaantangannya saja, tidak melihat dengan mata kepala. Jadi yang
dikatakan itu hanya berdasar rabaan belaka, yang teraba olehnya adalah bulu 
yang tumbuh di sekitar Khatam
Sumber : Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW
thumbnail

Tips Khusyu' Dalam Shalat - Ustadz Sufyan Bafin Zen

        Terkadang saat sholat selalu saja ada gangguan yang datang. Seperti saat ingat Kunci Motor yang sebelumnya kita sudah mencari kesana kemari namun tak kunjung ketemu, eeeeh pada waktu sholat muncul tuh ingatan tentang si kunci tadi. itulah kerjaannya setan yang bernama Khanzab yang khusus menggoda kita sewatu sholat. Mari kita dengar tausiyah berikut ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.


 
thumbnail

Abu Bakar Asy Syiddiq

   
Abu Bakar Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mulia, bahkan dikatakan ia adalah manusia termulia setelah para nabi dan rasul. Keutamannya adalah sesuatu yang melegenda, hal itu diketahui oleh kalangan awam sekalipun. Membaca kisah perjalanan hidupnya seakan-akan kita merasa hidup di dunia hayal, apa benar ada orang seperti ini pernah menginjakkan kaki di bumi? Apalagi di zaman kita saat ini, memang manusia teladan sudah sulit terlestari. Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada segelintir orang atau kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan hidup Abu Bakar ash-Shiddiq setelah Allah dan Rasul-Nya memuji pribadinya. Allah meridhainya dan menjanjikan surga untuknya, radhiallahu ‘anhu.

 وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

     Kritik tersebut mulai berpengaruh pada jiwa-jiwa yang mudah tertipu, kepada hati yang lalai, dan kepada pribadi-pribadi yang memiliki hasad kepada generasi pertama. Kali ini kita tidak sedang menceritakan kepribadian Abu Bakar secara utuh, karena hal itu sulit diceritakan di tulisan yang singkat ini. Tulisan ini akan menyuplikkan sebagian teks-teks syariat yang menjelaskan tentang kemuliaan Abu Bakar. Nasab dan Karakter Fisiknya Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman at-Taimi, namun kun-yahnya (Abu Bakar) lebih populer dari nama aslinya sendiri. Ia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Luai. Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im. Dengan demikian ayah dan ibu Abu Bakar berasal dari bani Ta-im. 

    Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anhu menuturkan sifat fisik ayahnya, “Ia seorang yang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya, wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, dahinya lebar, tidak bisa bersaja’, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai inai atau katam (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 1: 188).

    Adapun akhlak Abu Bakar, ia adalah seorang yang terkenal dengan kebaikan, keberanian, sangat kuat pendiriannya, mampu berpikir tenang dalam keadaan genting sekalipun, penyabar yang memiliki tekad yang kuat, dalam pemahamannya, paling mengerti garis keturunan Arab, orang yang bertawakal dengan janji-janji Allah, wara’ dan jauh dari kerancuan pemikiran, zuhud, dan lemah lembut. Ia juga tidak pernah melakukan akhlak-akhlak tercela pada masa jahiliyah, semoga Allah meridhainya. Sebagaimana yang telah masyhur, ia adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam. 

    Keutamaan Abu Bakar – Orang yang Rasulullah Percaya Untuk Menemaninya Berhijrah ke Madinah       
 إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا   
 “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS. At-Taubah: 40)  

    Dalam perjalanan hijrah ini, Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mempersilahkan Rasul untuk beristirahat sementara dirinya menjaganya seolah-olah tidak merasakan letih dan butuh untuk istirahat. Anas bin Malik meriwayatkan dari Abu Bakar, Abu Bakar mengatakan, “Ketika berada di dalam gua, aku berkata kepada Rasulullah, ‘Sekiranya orang-orang musyrik ini melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat’. Rasulullah menjawab, ‘Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga (maksudnya Allah bersama dua orang tersebut)’. Rasulullah menenangkan hati Abu Bakar di saat-saat mereka dikepung oleh orang-orang musyrikin Mekah yang ingin menangkap mereka. – Sebagai Sahabat Nabi yang Paling Dalam Ilmunya Abu Said al-Khudri mengatakan, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa yang ada di sisi-Nya, dan hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah’. Kata Abu Sa’id, “(Mendengar hal itu) Abu Bakar menangis, kami heran mengapa ia menangis padahal Rasulullah hanya menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan. Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Abu Bakar-lah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah melanjutkan khutbahnya, “Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan memilih kekasih selain Rabbku, pasti aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya.” 

     Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu as-Salasil, saat itu aku menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Rasulullah menjawab, “Aisyah.” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar).” – Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya lalu keluar menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat ke masjid dan bertanya dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa, “Aku pun segera pergi berusaha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan keperluannya. Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tak lama kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar.” Lalu kujawab, “Tunggu sebentar.” Aku datang menemui Rasulullah dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk.” Rasulullah menjawab, “Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.” Penutup Demikianlah Abu Bakar ash-Shiddiq dengan keutamaan-keutamaan yang ada padanya. Sebuah keistimewaan yang mungkin tidak pernah terlintas di benak kita, kita dijamin surga, menjadi kekasih Rasul, orang kecintaan Rasulullah, dan sahabat dekatnya. Lalu bagaimana bisa di hari ini ada orang yang merendahkan kedudukan beliau, setelah Allah dan Rasul-Nya memuliakan dia? Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari sifat buruk yang merendahkan wali-Nya, menjadi musuh orang yang Dia cintai. Semoga Allah meridhai Abu Bakar ash-Shiddiq.  

Sumber: al-Bidayah wa an-Nihayah 
Ditulis oleh Nurfitri Hadi Artikel 
www.KisahMuslim.com
 

Friday 26 February 2016

thumbnail

H. Muammar. ZA

       hafidz (penghafal Al-Qur’an) dan qari (pelantun Al-Qur’an) asal Indonesia yang dikenal luas dalam skala nasional bahkan internasional. Hal ini dikarenakan beliau pernah menjuarai Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional maupun    tingkat internasional pada dasawarsa 1980-an.       H. Muammar Zainal Asyikin atau yang lebih dikenal sebagai Muammar ZA. lahir di Pemalang pada 14 Juni 1954. Beliau merupakan seorang


        Hasil tersebut tidak terlepas dari ketekunannya mendalami seni baca Al-Qur’an yang dimulai pada tahun 1962 ketika beliau berusia 7 tahun dan ketika itu menjuarai MTQ tingkat anak-anak di Kabupaten Pemalang. Dan salah satu yang melegenda adalah rekaman pembacaan (tilawah) Qur’an secara duet yang dilakukannya bersama dengan H. Chumaidi yang hingga sekarang amat populer dan dianggap sebagai terobosan dalam cara presentasi tilawah.

       H. Muammar ZA. adalah putra ketujuh dari sepuluh bersaudara (hanya sembilan yang mencapai dewasa) anak pasangan H. Zainal Asyikin dan Hj. Mu’minatul Afifah, yang juga merupakan tokoh agama di desanya. Beliau dilahirkan di Dusun Pamulihan Warungpring Kecamatan Moga, kurang lebih 40 KM sebelah selatan ibu kota Kabupaten Pemalang. Adik beliau yang bernama Imron Rosyadi ZA., juga mengikuti jejaknya menjadi qari nasional setelah menjuarai MTQ.
 
     H. Muammar ZA. menikah dengan Syarifah Nadiya, seorang wanita asal Aceh. Dari hasil pernikahannya pada tahun 1984 tersebut, pasangan H. Muammar ZA. dan Syarifah Nadiya dikaruniai seorang putri dan empat putra, mereka adalah Lia Farah Diza, Ahmad Syauqi Al Banna, Husnul Adib Al Fasyi, Rayhan Al Bazzy, dan si bungsu Ammar Luaiyan Ad Daany.

      Pada tahun 2002, H. Muammar ZA. mendirikan Pesantren Ummul Qura di Cipondoh, Tangerang, yang salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan cita-citanya mencetak qari dan qari’ah berkualitas internasional.

 Sumber : Pecinta Qiroah.wordpress.com


thumbnail

Shalahudin Al Ayubi (Saladin)



Seorang laki-laki yang mulia dan memiliki peranan yang besar dalam sejarah Islam, seorang panglima Islam, serta kebanggaan suku Kurdi, ia adalah Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi atau yang lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau juga Saladin. Ia adalah seorang laki-laki yang mungkin sebanding dengan seribu laki-laki lainnya.

Masa Pertumbuhannya
Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.
Karena suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini menyusahkan dan merugikannya. Namun kala itu ada orang yang menasihatinya, “Engkau tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu ini akan menjadi seorang raja yang reputasinya sangat cemerlang.”
Dari Tikrit, keluarga Kurdi ini berpindah menuju Mosul. Sang ayah, Najmuddin Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni Imaduddin az-Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat. Di lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.
Sang Menteri di Mesir
Sebelum kedatangan Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa berikutnya Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya. Orang-orang Turki, Sudan, dan Maroko menginginkan adanya revolusi. Saat itu Nuruddin Mahmud, paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan Syiah ini, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.
Nuruddin benar-benar merealisasikan cita-citanya, ia mengirim pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh untuk membantu keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi, di Mesir. Mengetahui kedatangan pasukan besar ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun lari kocar-kacir sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah orang-orang Fathimyah saja. Daulah Fathimiyah berhasil dihancurkan dan Shalahuddin diangkat menjadi mentri di wilayah Mesir. Namun tidak lama menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah.
Selama dua bulan memerintah Mesir, Shalahuddin membuat kebijakan-kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun dua sekolah besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini ia tujukan untuk memberantas pemikiran Syiah yang bercokol sekian lama di tanah Mesir. Hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini, Mesir menjadi salah satu negeri pilar dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan lainnya yang ia lakukan adalah mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.
Menaklukkan Jerusalem
Persiapan Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Jerusalem benar-benar matang. Ia menggabungkan persiapan keimanan (non-materi) dan persiapan materi yang luar biasa. Persiapan keimanan ia bangun dengan membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada kaum muslimin dengan membangun madrasah dan menyemarakkakn dakwah, persatuan dan kesatuan umat ditanamkan dan dibangkitkan kesadaran mereka menghadapi Pasukan Salib. Dengan kampanyenya ini ia berhasil menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando. Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah pasukan dengan cita-cita yang sama dan memiliki landasan keimanan yang kokoh.


Dari segi fisik Shalahuddin mengadakan pembangunan makas militer, benteng-benteng perbatasan, menambah jumlah pasukan, memperbaiki kapal-kapal perang, membangun rumah sakit, dll.
Pada tahun 580 H, Shalahuddin menderita penyakit yang cukup berat, namun dari situ tekadnya untuk membebaskan Jerusalem semakin membara. Ia bertekad apabila sembuh dari sakitnya, ia akan menaklukkan Pasukan Salib di Jerusalem, membersihkan tanah para nabi tersebut dari kesyirikan trinitas.

Dengan karunia Allah, Shalahuddin pun sembuh dari sakitnya. Ia mulai mewujudkan janjinya untuk membebaskan Jerusalem. Pembebasan Jerusalem bukanlah hal yang mudah, Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, perang ini dinamakan Perang Hathin, perang besar sebagai pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dalam perang tersebut kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan yang terdiri dari para ulama dan orang-orang shaleh, mereka berhasil membunuh 30000 Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya.
Setelah menguras energy di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di al-Quds, Jerusalem, dengan jumlah pasukan yang besar tentara-tentara Allah ini mengepung kota suci itu. Perang pun berkecamuk, Pasukan Salib sekuat tenaga mempertahankan diri, beberapa pemimpin muslim pun menemui syahid mereka –insya Allah- dalam peperangan ini. Melihat keadaan ini, kaum muslimin semakin bertambah semangat untuk segera menaklukkan Pasukan Salib.
Untuk memancing emosi kaum muslimin, Pasukan Salib memancangkan salib besar di atas Kubatu Shakhrakh. Shalahuddin dan beberapa pasukannya segera bergerak cepat ke sisi terdekat dengan Kubbatu Shakhrakh untuk menghentikan kelancangan Pasukan Salib. Kemudian kaum muslimin berhasil menjatuhkan dan membakar salib tersebut. Setelah itu, jundullah menghancurkan menara-menara dan benteng-benteng al-Quds.

Pasukan Salib mulai terpojok, merek tercerai-berai, dan mengajak berunding untuk menyerah. Namun Shalahuddin menjawab, “Aku tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu tidak menyisakan seorang pun dari umat Islam (ketika menaklukkan Jerusalem)”. Namun pimpinan Pasukan Salib, Balian bin Bazran, mengancam “Jika kaum muslimin tidak mau menjamin keamanan kami, maka kami akan bunuh semua tahanan dari kalangan umat Islam yang jumlahnya hampir mencapai 4000 orang, kami juga akan membunuh anak-anak dan istri-istri kami, menghancurkan bangunan-bangunan, membakar harta benda, menghancurkan Kubatu Shakhrakh, membakar apapun yang bisa kami bakar, dan setelah itu kami akan hadapi kalian sampai darah penghabisan! Satu orang dari kami akan membunuh satu orang dari kalian! Kebaikan apalagi yang bisa engkau harapkan!” Inilah ancaman yang diberikan Pasukan Salib kepada Shalahuddin dan pasukannya.



Dome of The Rock atau Kubatu Shakhrakh
Dome of The Rock atau Kubatu Shakhrakh
Shalahuddin pun mendengarkan dan menuruti kehendak Pasukan Salib dengan syarat setiap laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk perempuan 5 dinar, dan anak-anak 2 dinar. Pasukan Salib pergi meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina. Kaum muslimin berhasil membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.
Shalahuddin memasuki Jerusalem pada hari Jumat 27 Rajab 583 H / 2 Oktober 1187, kota tersebut kembali ke pangkuan umat Islam setelah selama 88 tahun dikuasai oleh orang-orang Nasrani. Kemudian ia mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid al-Aqsha, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut.

Wafat
Shalahuddin  wafat meninggalkan dunia yang fana ini pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus. Ia meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. Orang-orang ramai menyalati jenazahnya, anak-anaknya Ali, Utsman, dan Ghazi turut hadir menghantarkan sang ayah ke peristirahatannya. Semoga Allah meridhai, merahmati, dan  membalas jasa-jasa engkau wahai pahlawan Islam, sang pembebas Jerusalem.

Sumber:
Shalahuddin al-Ayyubi Bathalu al-Hathin oleh Abdullah Nashir Unwan
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Basim al-Usaili
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Abu al-Hasan an-Nadawi
Islamstroy.com
KisahMuslim.com

Dipostkan Kembali Oleh Nata Zikri

Popular Posts