Abu Musa merupakan
gabungan yang istimewa dari sifat-sifat utama! Ia adalah prajurit yang gagah
berani dan pejuang yang tangguh bila berada di medan perang...
! Tetapi ia juga seorang pahlawan perdamaian, peramah dan tenang,
keramahan dan ketenangannya mencapai batas maksimal ...
! Seorang ahli hukum yang cerdas dan berfikiran sehat, yang mempu mengerahkan
perhatian kepada kunei dan pokok persoalan, serta mencapai hasil gemilang dalam
berfatwa dan mengambil keputusan, sampai ada yang mengatakan: "Qadli atau hakim
ummat ini ada empat orang, yaitu Umar, Ali, Abu Musa dan Zaid bin Tsabit
....".
Di samping itu ia
berkepribadian suci hingga orang yang menipunya di jalan Allah, pasti akan
tertipu sendiri, tak ubahnya seperti senjata makan tuan
... ! Abu Musa sangat bertanggung jawab terhadap tugasnya dan besar
perhatiannya terhadap sesama manusia. Dan andainya kita ingin memilih suatu
semboyan dari kenyataan hidupnya, maka semboyan itu akan berbunyi: -- "Yang
penting ialah ikhlas, kemudian biarlah terjadi apa yang akan terjadi... !"
Dalam arena perjuangan
al-Sy'ari memikul tanggung jawab dengan penuh keberanian, hingga menyebabkan
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam berkata mengenai dirinya: -- "Pemimpin
dari orang-orang berkuda ialah Abu Musa " Dan sebagai pejuang, Abu Musa
melukiskan gambaran hidupnya sebagai berikut: "Kami pernah pergi menghadapi
suatu peperangan bersama Rasulullah, hingga sepatu kami pecah berlobang-lobang,
tidak ketinggalan sepatuku, bahkan kuku jariku habis terkelupas, sampai-sampai
kami terpaksa membalut telapak kaki kami dengan sobekan kain... !"
Keramahan, kedamaian dan
ketenangannya, jangan harap menguntungkan pihak musuh dalam sesuatu peperangan
Karena dalam suasana seperti ini, ia akan meninjau sesuatu dengan
sejelas-jelasnya, dan akan menyelesaikannya dengan tekad yang tak kenal
menyerah.
Pernah terjadi ketika
Kaum Muslimin membebaskan negeri Persi, Al-Asy'ari dengan tentaranya
menduduki kota Isfahan.
Penduduknya minta
berdamai dengan perjanjian bahwa mereka akan membayar upeti. Tetapi dalam
perjanjian itu mereka tidak jujur, tujuan mereka hanyalah untuk mengulur waktu
untuk mempersiapkan diri dan akan memukul Kaum Muslimin secara curang… !
Hanya kearifan Abu Musa
yang tak pernah lenyap di saat-saat yang diperlukan,
mencium kebusukan niat yang mereka sembunyikan .... Maka tatkala mereka
bermaksud hendak melancarkan pukulan mereka itu, Abu Musa tidaklah terkejut,
bahkan telah lebih dulu siap untuk melayani dan menghadapi mereka. Terjadiiah
pertempuran, dan belum lagi sampai tengah hari, Abu Musa telah beroleh
kemenangan yang gemilang.... !
Dalam
medan tempur melawan imperium Persi,
Abu Musa al-Asy'ari mempunyai saham dan jasa besar. Bahkan dalam pertempuran di
Tustar, yang dijadikan oleh Hurmuzan sebagai benteng pertahanan terakhir dan
tempat ia bersama tentaranya mengundurkan diri, Abu Musa menjadi pahlawan dan
bintang lapangannya ... ! Pada saat itu Amirul Mu'minin
Umar ibnul Khatthab mengirimkan sejumlah tentara yang tidak sedikit, yang
dipimpin oleh 'Ammar bin Yasir, Barra' bin Malik, Anas bin Malik, Majzaah
al-Bakri dan Salamah bin Raja'.
Dan kedua tentara itu
pun, yakni tentara Islam di bawah pimpinan Abu Musa, dan tentara Persi di bawah
pimpinan Hurmuzan, bertemulah dalam suatu pertempuran dahsyat.
Tentara Persi menarik
diri ke dalam kota Tustar yang mereka perkuat
menjadi benteng. Kota itu dikepung oleh Kaum Muslimin
berhari-hari lamanya, hingga akhirnya Abu Musa mempergunakan akal muslihatnya ....
Dikirimnya beberapa orang
menyamar sebagai pedagang Persi membawa dua ratus ekor kuda disertai beberapa
prajurit perintis menyamar sebagai pengembala.
Pintu gerbang
kota pun dibuka untuk mempersilakan
para pedagang masuk. Secepat pintu benteng itu dibuka, prajurit-prajurit pun
berloncatan menerkam para penjaga dan pertempuran kecil pun terjadi.
Abu Musa beserta
pasukannya tidak membuang waktu lagi menyerbu memasuki kota, pertempuran
dahsyat terjadi, tapi tak berapa lama seluruh kota diduduki dan panglima beserta
seluruh pasukannya menyerah kalah, Panglima musuh beserta para komandan pasukan
oleh Abu Musa dikirim ke Madinah, menyerahkan nasib mereka pada Amirul Mu'minin.
Tetapi baru saja prajurit
yang kaya dengan pengalaman dan dahsyat ini meninggalkan medan, ia pun telah
beralih rupa menjadi seorang hamba yang rajin bertaubat, sering menangis dan
amat jinak bagaikan burung merpati…Ia membaca al-Quran dengan
suara yang menggetarkan tail hati para
pendengarnya, hingga mengenai ini Rasulullah
pernah bersabda: -
'Sungguh, Abu Musa telah
diberi Allah seruling dari seruling-seruling keluarga Daud…!"
Dan setiap Umar radhiallahu anhu melihatnya, dipanggiinya dan disuruhnya untuk membacakan Kitabullah: -
"Bangkitlah kerinduan kami kepada Tuhan kami, wahai Abu Musa... !"
Begitu pula
dalam peperangan, ia tidak ikut serta,
kecuali Sika melawan tentara musyrik, yakni
tentara yang menentang Agama dan bermaksud
hendak memadamkan nur atau cahaya
Ilahi...Adapun peperangan antara sesama Muslim,
maka ia menyingkirkan diri dan tak
hendak terlibat di dalamnya.
Pendiriannya
ini jelas terlihat dalam perselisihan
antara Ali dan Mu'awiyah, dan pada
peperangan yang apinya berkobar ketika itu
antara sesama Muslim.
Dan mungkin
pokok pembicaraan kita sekarang ini
akan dapat mengungkapkan prinsip hidupnya
yang paling terkenal yaitu pendiriannya dalam
tahkim, pengadilan atau penyelesaian sengketa
antara Ali dan Mu'awiyah.
Pendiriannya
ini sering dikemukakan sebagai saksi dan
bukti atas kebaikan hatinya Yang
berlebihan, hingga menjadi makanan empuk bagi
Orang yang menipudayakannya. Tetapi sebagaimana
akan kita lihat kelak, pendirian ini
walaupun mungkin agak tergesa-gesa dan
terdapat padanya kecerobohan, hanyalah
mengungkapkan kebesaran shahabat yang mulia
ini, baik kebesaran jiwa dan kebesaran
keimanannya kepada yang haq serta
kepercayaannya terhadap sesama kawan ....
Pendapat
Abu Musa mengenai soal tahkim ini
dapat kita Simpulkan sebagai berikut: --
memperhatikan adanya peperangan sesama Kaum
Muslimin, dan adanya gejala masing-masing
mempertahankan pemimpin dan kepala
pemerintahannya, suasana antara kedua belah
pihak sudah melantur sedemikian jauh
serta teramat gawat menyebabkan nasib seluruh
ummat Islam telah berada di tepi
jurang yang amat dalam, maka menurut Abu
Musa, suasana ini baru diubah dan
dirombak dari bermula secara keseluruhan... !
Sesungguhnya
perang saudara yang terjadi ketika
itu, hanya berkisar pada pribadi kepala
negara atau khalifah yang diperebutkan
oleh dua golongan Kaum Muslimin. Maka
pemecahannya ialah hendaklah Imam Ali
meletakkan jabatannya nntuk sementara waktu,
begitu pula Mu'awiyah baru turun,
kemudian urusan diserahkan lagi dari bermula
kepada Kaum Muslimin yang dengan jalan
musyawarat akan memilih khalifah yang mereka
kehendaki.
Demikianlah
analisa Abu Musa ini mengenai kasus
tersebut, dan demikian pula cara pemecahannya ... ! Benar bahwa
Ali radhiallahu anhu telah diangkat menjadi khalifah
secara sah. Dan benar pula bahwa
pembangkangan yang tidak beralasan, tidak
dapat dibiarkan mencapai maksudnya untuk
menggugurkan yang haq yang diakui syari'at ... ! Hanya menurut
Abu Musa, pertikaian sekarang ini telah
menjadi pertikaian antara penduduk Irak dan
penduduk Syria, yang memerlukan
pemikiran dan pemecahan dengan cara baru ,karena pengkhianatan Mu'awiyah
sekarang ini telah menjadi pembangkangan
penduduk Syria, sehingga semua
pertikaian itu tidaklah hanya pertikaian
dalam pendapat dan pilihan saja.
Tetapi
kesemuanya itu telah berlarut-larut menjadi
perang saudara dahsyat yang telah meminta
ribuan korban dari kedua belah pihak,
dan masih mengancam Islam dan Kaum
Muslimin dengan akibat yang lebih parah!
Maka
melenyapkan sebab-sebab pertikaian dan
peperangan serta menghindarkan benih-benih dan
biang keladinya, bagi Abu Musa merupakan
titik tolak untuk mencapai penyelesaian ... !
Bersambung Ke bagian 3
17:38:00
Tags :
Cerita orang sholeh
,
Sahabat Nabi Saw
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments