It is Money! - natasabar.com

Saturday 26 March 2016

thumbnail

It is Money!







      Uang selalu jadi topik utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin bisa dikatakan  tanpa uang kita tidak bisa apa-apa. Semua manusia mesti memiliki uang tak terkecuali anak kecil. Bicara soal uang, tak akan mampu menyelesaikan masalah setiap insan di masyarakat, karena uang tanpa dicari tak akan datang. Ada yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, ada yang pas-pasan hidupnya dengan uang, ada yang sampai berlebihan dengan uang namun uang meresahkan hatinya, bahkan ada yang sampai menuhankan uang, masha Allah. 

       Di zaman yang serba uang ini  hidup semakin sulit, kemiskinan semakin bertambah, kesenjangan meningkat, penjahat semakin lihai. Itulah yang terjadi saat ini, seakan-akan tanpa uang kita tak bisa hidup. Namun, bagi orang yang beriman dan memelihara ketaqwaan, masalah yang berhubungan dengan uang bukanlah masalah yang pelik dan menyempitkan. Karena, sebagai hamba Allah, itu semua dapat dilalui dengan memohon pertolongan Allah dan bersabar. Saya jadi teringat syair lagu Bang Aji, Tiada orang yang tak suka, pada yang bernama rupiah, walaupun harus nyawa menjadi taruhannya, banyak orang yang rela cuma karena rupiah. Karena uang juga persaudaaran menjadi jauh, bahkan terpecah. ada yang bilang "kita berdulur tapi uang tidak", Innalillahi wainalaihi roji'un hancurlah sudah umat ini jika demikian.

       Uang bukanlah sumber kehidupan, uang hanyalah sebuah alat pertukaran. Dengan uang, semua serba mudah untuk diraih. Pada zaman dahulu orang mengadakan pembayaran dengan cara barter atau pertukaran barang. Hal ini terjadi karena manusia menyadari akan kebutuhan dan ketergantungannya antara satu dengan yang lainnya. Yang satu memiliki ikan dan membutuhkan sayur, yang lain memiliki sayur dan membutuhkan ikan, maka terjadilah tukar menukar barang kebutuhan yang disebut dengan barter. Demikian dengan barang-barang yang lainnya. Cara pertukaran barang yang demikian lama-kelamaan mengalami banyak kendala, karena belum tentu barang yang dimiliki dibutuhkan orang lain. Maka terjadilah kesepakatan bahwa barang yang langka dapat ditukarkan dengan bermacam-macam barang, karena barangnya langka dan dibutuhkan banyak orang. Barang-barang yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah barang yang diterima dan dibutuhkan oleh umum. Seiring dengan perkembangan zaman, orang-orang mencari solusi agar dapat melakukan pembayaran dengan mudah, mulai dari menggunakan logam hingga kertas.

      Namun, sebagai orang beriman hendaknya kita waspada akan uang dan harta yang akan kita raih itu. Ingatlah sabda Rasulullah SAW:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, berkata:" Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Binasalah (semoga binasa) hamba dinar, dirham, kain tebal dan sutra. Jika diberi maka ia ridha jika tak diberi maka ia tak ridha." (HR. al-Bukhari) 

      Hamba Dinar maksudnya ialah hamba uang, yakni orang yang menjadikan uang sebagai segalanya tanpa mempedulikan kebutuhannya terhadap Tuhan yang telah menjadikan uang itu sebagai alat pertukaran. Hingga ia lupa bahwa dirinya pun membutuhkan yang lain selain uang.
      Bicara mengenai uang, kemarin kawan  saya baru saja memutuskan untuk tidak membayarkan BPJS lagi. Alasannya pun sangat jelas, yaitu kenaikan iuran BPJS sedangkan keuangannya tak akan mendukung hal itu. Uang adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam program ini, kalau tak pakai uang yah apa mesti pakai daun. Kemudian, pendapatan harian tidak lagi seperti dahulu, dimana harga karet masih di atas normal sedangkan peredaran rupiah di daerah Muratara Propinsi Sumatera Selatan khususnya dominan bergantung pada karet. Ini mungkin cobaan dari Allah untuk kita, agar lebih teliti memanfaatkan rezki yang Allah limpahkan.  Karena uang pula, banyak pemuda (laki-laki) yang menunda untuk menikah. Untuk alasannya pun kembali lagi kepada uang. Permintaan mahar yang terlalu tinggi, yang kadang membuat putus asa bagi pemuda hingga akhirnya memilih jalan pintas (melarikan anak gadis orang), kalau di tempat saya ini disebut “lari maling” atau “berlarian” biasanya mereka akan tinggal di rumah ketua adat, Ketua RT, atau Kadus sebuah kampung. Setelah dilarikan, kemudian keluarga yang bersangkutan mengadakan damai yang sering disebut “ngaku salah”, yang pada akhirnya keluarga sang gadislah yang harus mengalah dan menurunkan harga (maaf) mahar. Padahal, jika saja mereka mengerti islam, islam itu sangat sederhana dan mudah serta memudahkan.  Islam memuliakan wanita yang meminimalkan  mahar, dan menyukai laki-laki yang meninggikan mahar.



Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments

Popular Posts